Sabtu, 6 Julai 2013

Kau Ku Santet..Maka Al Quran lah Kaedah penyembuhannya

Pada dasarnya ilmu santet adalah ilmu yang mempelajari bagaimana memasukkan benda atau sesuatu ke tubuh orang lain dengan tujuan menyakiti. 
 

Benda ini boleh saja misalnya sebuah paku atau seekor binatang berbisa yang dihantar secara ghaib untuk dimasukkan ke tubuh seseorang dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Seperti ilmu-ilmu lain yang ada di dunia, santet boleh merupakan ilmu putih atau ilmu hitam tergantung dari penggunaan ilmu ini sama ada untuk kebaikan atau untuk kejahatan. Tetapi dalam aplikasinya ilmu putih ini dipadukan dengan ilmu-ilmu lain sehingga boleh dikatakan diselewengkan (dihitamkan) oleh pelakunya, misalnya yang asalnya digunakan untuk menidurkan bayi yang cerewet agar bisa terlelap, oleh maling ilmu ini diselewengkan untuk menidurkan calon korbannya.


Ilmu untuk meluluhkan hati orang yang keras atau kalap tetapi diselewengkan fungsinya untuk membuat orang lain terlena bujuk rayunya. Kes yang terakhir ini marak yang umum kita kenal dengan istilah gendam.

Walaupun proses santet yang ghaib ini sukar difahami secara ilmu pengetahuan, tapi secara logik santet boleh difahami sebagai proses dematerialisasi. Pada saat santet akan dihantar, benda-benda seperti paku, jarum, beling, ataupun inatang berbisa ini diubah dari materi menjadi tenaga.

Kemudian dalam bentuk tenaga, benda ini dihantar menuju sasaran. Setelah tepat mengenai sasaran, tenaga ini diubah kembali menjadi bahan. Sehingga apa-apa yang tadi dihantar, misalnya beling dan binatang berbisa akan masuk ke tubuh seseorang yang merupakan sasaran santet. Selanjutnya secara automatik benda-benda yang tadi dimasukkan melalui santet ini akan menimbulkan kesakitan pada tubuh orang yang disantet.

Selanjutnya penulis akan membahas ilmu santet lebih ke arah santet sebagai ilmu hitam. Berdasarkan pengetahuan penulis, ada dua jenis santet menilik dari jenis ekuatan yang dijadikan sumber kekuatannya.

Pertama adalah santet yang dalam prosesnya memanfaatkan kekuatan makhluk ghaib seperti jin, setan, dan makhluk ghaib lain. Dalam pelaksanaannya, pelaku santet akan bekerja sama dengan makhluk ghaib sebagai media penghantaran santet.

Untuk mengajak si makhluk ghaib untuk dijadikan "kurir" ini tentu saja pelaku antet harus memberikan ganjaran sesuai yang diminta oleh sang kurir. Ganjaran boleh berupa sesaji khusus yang diperuntukkan makhluk ghaib sebagai makanan untuknya. Ganjaran juga boleh berbentuk lain sesuai permufakatan makhluk ghaib dengan pelaku santet. Setelah ganjaran yang dijanjikan disepakati, maka "sang kurir" pun akan melakukan tugasnya membawa santet menuju sasaran.

Ada kes misalnya sesaji atau ganjaran yang disepakati lalai atau tidak dilaksanakan oleh pelaku santet, maka dalam kes ini boleh saja si makhluk ghaib akan meminta tumbal dari pelaku santet. Sehingga boleh disimpulkan hal ini lah yang merupakan risiko bagi para pelaku santet.

Kedua, adalah santet yang berpunca dari kekuatan batin. Santet dengan kaedah ini memerlukan kekuatan batin yang biasanya diperolehi dari laku spiritual. 
  Pada masa penggunaannya santet dengan kekuatan batin biasanya dibantu dengan kekuatan visualisasi ( pembayangan ) yang kuat dari pelaku. Misalnya santet dengan menggunakan media buluh apus yang ketika hendak digunakan terlebih dahulu dibacakan mantera-mantera tertentu, setelah itu pelaku santet memusatkan konsentrasi, visualisasi dan berniat menyumbat kubul dan dubur si jabang bayi (sasaran).

Konon, dengan cara demikian, seseorang yang dituju tidak boleh buang air besar maupun air kecil. Sehingga pada hakikatnya kekuatan santet ini berpunca dari memusatan kehendak batin saja. Sedangkan peranan dari ritual, seperti membaca mantera atau laku tirakat lain merupakan sarana penunjang yang mampu membantu visualisasi batin sehingga bertambah kuat.

RAWATLAH DIRIMU DENGAN AL QURAN

Al-Quran adalah setinggi-tinggi martabat penawar dan kesembuhan. Setiap huruf yang terkandung di dalamnya adalah penawar untuk penyakit rohani dan fizikal. Tiap-tiap surah dan ayat dalam Al-Quran adalah penawar kepada sesuatu penyakit, dengan syarat seseorang itu beriman dan yakin kepadanya. 

AL-QURAN SEBAGAI PENAWAR

تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَىٰ إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ

yang menghancurkan segala sesuatu dgn perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tak ada yg kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yg berdosa. Yang menghancur leburkan segala-galanya dengan izin Tuhannya. (Setelah azab itu menimpa mereka) maka menjadilah mereka (punah ranah) tidak ada yang kelihatan melainkan tempat-tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami membalas kaum yang berdosa.

Sehebat mana dan sekuat mana pun sihir tersebut pastinya tidak dapat menandingi Kitabullah. Di dalam surah Al-Israa’ ayat 82, Allah (s.w.t) berfirman:
“Dan kami turunkan dengan beransur-ansur dari Al-Quran ayat-ayat suci yang menjadi ubat penawar dan rahmat bagi orang yang beriman kepadanya.”

Dan di dalam surah Fussilat ayat 44,  Allah (s.w.t) berfirman:
“Katakan, Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang yang beriman”. 

Tiada ulasan: